Tuesday, November 15, 2005

cerita soal kamera idaman...

Biar bukan penggila fotografi, saya menyukai kegiatan memotret. Apalagi bila hasilnya bisa lebih bagus dari yang terekam di 'memori' saat menekan shutter. Senang rasanya.

Karenanya saya bukan pengguna jenis kamera SLR atau sekarang DSLR. Saya cuma punya dan pakai jenis kamera saku (compact). Sebelum era digital, saya lama menggunakan kamera saku Fuji. Saya lupa tipenya, yang jelas secara manual bisa dibuat jadi format panorama. Kamera ini termasuk kualitas terbaik di kategorinya bila melihat harganya yang mencapai 1,5 juta rupiah pada tahun 1998. Menyenangkan karena bisa eksperimen memotret dengan format panorama.

Setelah 4 tahun, kamera tersebut terjatuh secara tak sengaja. Penutup lensa dan baterenya hancur. Tidak rusak, tapi sungguh tak nyaman lagi menggunakannya. Hanya karena belum ada pengganti yang sreg, saya gunakan terus.

Kebetulan di akhir tahun 2003 isteri saya, Penny, dikirim kantornya ke Swedia lalu sempat mampir ke tempat oom-nya yang kerja di Jerman. Saya langsung ingat merek kamera Leica yang legendaris asal Jerman. Mulanya keder juga karena Leica juga terkenal mahal dan hanya 'layak' bagi para profesional. Beruntung saya, ternyata Leica juga sudah membuat jenis kamera saku dengan harga terjangkau. Bahkan sangat terjangkau untuk ukuran Leica. Sebuah kamera saku tipe C2 harganya 'cuma' 300an Euro (saat itu Euro masih 9000 perak). Kamera saku 35mm merek Fuji yang bagus juga harga sudah mendekati angka 3 juta perak.

Jadilah saya kirim seluruh informasi soal kamera dan outletnya ke Penny di Jerman, tepatnya di kota Hamburg. Dengan ditemani tantenya, menembus cuaca dingin dan hujan, mereka mencari outlet Leica. Setelah itu saya dapat omelan. Karena tempatnya kalau di Jakarta, seperti dari daerah Menteng ke sebuah ruko di Ciputat sana. Belum lagi dia dan tantenya cuma dipandang 'sebelah mata' oleh penjaga tokonya pada saat masuk. Mungkin dipikirnya, ini dua perempuan bertampang turis Asia 'lugu' kok berani-beraninya masuk ke toko Leica, hehehehehe. Untungnya, mereka membawa print out dari situs Leica. Langsung ditunjukkan dan penjaga toko cepat mafhum bahwa keduanya cuma turis cheap yang mau beli kamera saku Leica termurah, hahahaha....

Inilah dia kamera yang didapat dengan penuh 'perjuangan' itu. Entah ada atau tidak yang menjualnya di Jakarta.



'Perjuangan' tak sia-sia. Hasilnya sungguh mengagumkan. Petugas di Fuji Image Plaza yang mencetak hasilnya, selalu mengira itu hasil kamera SLR. Teman-teman kantor pun, setelah tahu hasilnya, setiap kali ada acara kantor bersama selalu dengan senang hati bergaya di depan kamera. Karena hasilnya 'lebih indah dari aslinya'.

Sayangnya, popularitas penggunaan kamera digital memang sulit dielakkan. Faktor hemat biaya cuci-cetak sungguh signifikan, karena kita bisa memilih yang mau kita cetak. Pokoknya, kelewatan kalau tidak beralih ke digital. Sebenarnya saya sudah punya sebuah kamera digital 4MP yang saya beli pada awal era kamera digital muncul. Sayangnya saya jadi 'korban' kepeloporan. kamera bermasalah berat dengan daya tahan baterenya. Cuma tahan 15 menitan bila dihidupkan terus. Kelewatan memang.

Tapi sudahlah. Sekarang saya mau cari kamera digital ganti. Hati kembali tertambat ke merek Leica. He, siapa tahu mereka mengeluarkan jenis kamera saku digital yang cocok di kantong, hehehe...

Hasil 'perburuan' pada kamera digital Leica bermuara pada tipe Digilux 2. Bukan sebuah kamera saku, tapi kategorinya pro-sumer. Artinya, walau ini jenis kamera fixed-lens seperti kamera saku tapi mampu dioperasikan secara manual seperti kamera DSLR. Jenis lensanya pun lebih canggih. Sayang seribu sayang... harganya membuat saya mundur teratur. Apalagi ia cuma mampu menangkap image 5MP saja. Ini nih kameranya...



Karena kadung jatuh cinta pada kehebatan lensa Leica, akhirnya saya membeli Panasonic Lumix FX-7. Sebuah kamera saku digital 5MP dengan preview screen yang memanjakan mata. Saya pikir, toh sekarang Leica sudah dibeli oleh Panasonic. Dan semua kamera Panasonic sudah menggunakan lensa Leica. Hasilnya? Tetap belum bisa menyamai hasil Leica C2 yang menggunakan seluloid 35mm. Cuma karena kepraktisan, kamera digital FX-7 tetap lebih sering saya gunakan.

Meski begitu saya tetap menunggu kehadiran kamera saku digital dari Leica yang budget-friendly. Siapa tahu? hehehehe
Tunggu punya tunggu, datanglah pengumuman dari situs Leica kalau akhir November 2005 ini mereka akan mengeluarkan kamera saku 8.4MP. Harganya belum diumumkan. Tapi menilik kembarannya Panasonic LX-1 (ini kali kedua muncul kembaran produk Panasonic dan Leica, sebelumnya tipe Digilux 2 juga punya kembaran merek Panasonic) yang hanya dibandrol 5,3 juta perak, mudah-mudahan Leica D-Lux 2 ini harganya tidak terlampau jauh.

Sementara menunggu harga, jadilah 'dia' kamera impian yang terpasang di layar monitor laptop dan id di YM, hehehe...

Inilah si 'dia' yang nampak 'sexy' dan canggih itu.

No comments: