Saturday, December 10, 2005

‘Oleh-oleh’ dari Pembukaan JiFFest 2005

Jumat malam, 9 Desember ini, JiFFest 2005 resmi dibuka di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Acara utama pembukaan khusus untuk undangan ini memutar film La Grand Voyage karya Ismael Ferroukhi, seorang sineas asal Maroko yang besar di Perancis.

Tentu saja, sebagai kegiatan budaya tahunan di ibukota, pembukaan JiFFest pasti pula dihadiri oleh berbagai kalangan. Termasuk yang kategorinya ‘selebritis’. Utamanya dari kalangan perfilman. Syukurlah JiFFest juga sebuah ajang yang ‘egaliter’, sehingga saya dan banyak undangan lain yang masuk kategori ‘orang biasa’ bisa masuk lewat red carpet juga serta pating seliwer sama bebasnya di tempat acara, he.. he.. he..

Ditemani makanan dan bir gratis yang dihidangkan oleh panitia, undangan bisa menikmati pameran foto-foto pembuatan film layar lebar Indonesia. Dari film Belahan Jiwa, Mirror, Cinta Silver, Ungu Violet yang sudah muncul di bioskop sampai film Berbagi Suami karya Nia Dinata yang akan diputar bulan Maret 2006 dan film Sinta Obong karya Garin Nugroho.

Yang sungguh memikat saya adalah hadirnya 3 poster film Garasi karya Agung Sentausa dari Miles Film (www.garasithemovie.com). Menurut saya poster film Garasi termasuk salah satu poster film Indonesia yang well done. Pameran ini sendiri masih akan berlangsung sampai JiFFest berakhir tanggal 18 Desember nanti. Jadi kalau pengen lihat, datang saja ke Graha Bakti Budaya TIM. Poster-poster film Garasi sendiri terpasang di paling ujung kanan ruang pamer sehingga agak tersembunyi.



Film pembuka JiFFest 2005 sendiri adalah sebuah film yang reflektif tentang hubungan ayah dan anak. Tentang persoalan hubungan antar generasi. Mengambil cerita tentang perjalanan bermobil seorang anak mengantar ayahnya naik haji sejauh 3.000 mil dari Perancis sampai Mekah di Arab Saudi.

Walau bukan tema baru, film ini sangat bagus. Ceritanya, walau berfokus pada ‘perjalanan spiritual’ seorang ayah bersama anaknya yang tidak peduli urusan keimanan, film ini bisa mengalir tanpa ‘ceramah’ dan tanpa ‘kotbah’ sedikitpun. Ironisnya, film ini justru dibuka oleh ‘kotbah’ panjang lebar berupa sambutan Gubernur DKI yang dibacakan oleh utusannya. Tapi ya sudahlah, namanya juga salah satu sponsor utama.

Terakhir, ada ‘oleh-oleh’ memikat satu lagi yang saya temukan di dalam goodie bag Aksara yang dibagikan panitia. Saya menemukan sebuah free magazine bernama Mu-phi. Tampilan logo majalah ini sendiri cukup aneh karena menggunakan tanda ilmu pasti. Sekilas mengesankan sebuah majalah 'eksakta'. Majalah baru yang diterbitkan oleh PT JDC Sukses Kreasimax ini, menurut pengantar editorialnya, akan memfokuskan diri pada film-film ‘festival’. Saya sendiri tidak menemukan nama ‘seleb’ perfilman di daftar redaksinya. Menarik sekali ada orang-orang yang sungguh ‘bernyali’ memodali sebuah majalah gratisan dengan konsep editorial yang begitu fokus. Dari penyajian yang sangat rapi, terlihat penggagas dan tim yang mengerjakan menguasai sekali perkembangan JiFFest dari tahun ke tahun. Semoga para penonton JiFFest bisa mendapatkan majalahnya di sepanjang acara. Dan semoga juga Mu-phi bisa bernafas panjang.

1 comment:

::i:: said...

hihihi... makasih mas.