Saturday, December 03, 2005

JiFFest Tidak Hanya Putar Film

Di atrium Plasa Senayan, Jumat, Sabtu dan Minggu ini (2-4 Desember) ada JiFFest Film Music in Concert. Berturut-turut menyajikan musisi Dwiki Dharmawan, Thoersi Argeswara dan Jaya Suprana ‘berkolaborasi’ dengan 3 film bisu klasik hitam putih berjudul The Cameraman, Steamboat Bill Jr dan The General. Ketiganya dibintangi oleh Buster Keaton.

Konser ini tentu bukan konser berformat serius macam pertunjukan orkestra. Tempatnya saja di atrium sebuah mal kelas menengah atas yang terbuka. Bagi pengunjung mal, konser ini tak ubahnya seperti rekreasi. Pertunjukan berlangsung dengan santai. Ada anak-anak yang lari kesana kemari. Kadang mendekati musisi dengan rasa ingin tahu yang besar. Ada yang terbahak-bahak menikmati film yang penuh dengan adegan slapstik, khas film bisu hitam putih jaman dulu. Ada yang duduk rapi jali dan mencoba serius mengapresiasi interpretasi sang musisi terhadap film. Ada yang sambil ngobrol dengan kawan-kawannya. Ada yang menonton sambil berdiri di lantai atas. Ada yang cuma lewat, tengok-tengok sebentar, lalu berlalu entah untuk shopping maupun kongkow di kafe. Semuanya sah-sah saja. Namanya juga pertunjukan terbuka.

Hari Sabtu, tanggal 3 Desember, saya sempat menikmati sepotong penampilan Thoersi untuk film Steamboat Bill Jr yang tampil bersama 2 rekan musisi. Kurang lebih separuh pertunjukan di bagian tengah. Terus terang saya bukan orang yang paham untuk mengulas pertunjukan macam begini. Secara subyektif, saya menikmati saja. Menurut saya, pertunjukan ini menarik dan gagasannya ‘original’ karena dibawa ke tengah area publik yang tidak datang dengan sengaja untuk menikmati pertunjukan (tentu berbeda dengan konser Addie MS dengan Twilite Orchestra untuk film-film karya Teguh Karya dan Star Wars baru-baru ini). Saya sendiri tidak bisa mengapresiasi dengan canggih sebagus apa Thoersi menginterpretasi film tersebut dengan komposisinya. Yang jelas, kuping saya kadang menangkap sang musisi seolah-olah sedang ber-jam session dengan visual di layar. Terkadang, di bagian tertentu, saya seolah mendengar musisi membuat film scoring baru yang menghidupkan adegan di layar. Enak dan ringan untuk dinikmati sih buat saya.

Kalau ada kelemahan pada pertunjukan ini adalah proyeksi film di layar yang tidak tajam. Wajar saja karena proyeksi ke layar harus melawan lampu terang Plasa Senayan yang tentu tidak bisa dimatikan macam di bioskop. Tapi namanya sebuah pertunjukan rekreasi, tentu bisa dimaklumi. Kekurangan lain, menurut saya, untuk pertunjukan semenarik ini, dukungan promosi khusus untuk acara ini sendiri terasa minim. Seingat saya hanya orang-orang yang sudah membaca buku program JiFFest atau membuka website JiFFest yang mendapat informasi tentang acara ini. Itupun kalau membacanya secara lengkap.

Ini adalah tahun kedua JiFFest menghadirkan Film Music in Concert. Keduanya di Plasa Senayan. Bagi pengunjung Plasa Senayan, berarti publik kelas menengah atas Jakarta, ini tentu alternatif hiburan yang menyegarkan. Gratis pula. Kalau mau nonton, masih ada kesempatan hari Minggu ini menikmati ‘kolaborasi’ Jaya Suprana dengan film berjudul The General. Kalau kelewatan waktunya, mudah-mudahan JiFFest Film Music in Concert masih akan datang di tahun-tahun mendatang buat anda. Semoga saja.

1 comment:

Stevie Sulaiman said...

Plasa Senayan is the best! Tapi kalau bioskop Djakarta Teater dongs...