Apabila anda masih berpikiran bahwa Kepulauan Komodo hanyalah sebuah tujuan wisata bagi para penyelam dan backpackers dengan fasilitas super minim, anda salah besar.
Pikiran seperti itu, saya yakin, masih melekat pada banyak kalangan menengah kota besar Indonesia yang sekarang gandrung melakukan wisata nusantara. Terutama bagi mereka yang biasa berwisata bersama keluarga: ayah-ibu dan putera-puterinya. Faktor kenyamanan perjalanan dan kelengkapan fasilitas di daerah tujuan wisata, menjadi faktor pertimbangan yang sangat penting.
Pengalaman ini saya alami sendiri selama dua kali di tahun 2010. Berwisata jalan-jalan dan snorkeling dan menyelam bersama sebuah kapal. Tapi di artikel ini, saya akan mencerita yang pertama dulu.
Wisata jalan-jalan dan snorkeling di Komodo saya lakukan bersama sejumlah rekan-rekan se-industri dengan latar pengalaman berwisata yang tidak seragam, perencanaan perjalanan pun memperoleh sejumlah pertanyaan yang biasa kita temui. Seperti: apakah ada pesawat menuju Kepulauan Komodo; seperti apa pesawatnya dan berapa lama perjalanannya; apakah dari bandara ke hotel jalannya bagus dan berapa dekat; seperti apa hotelnya di sana; bagaimana kita berkeliling di sana; seperti apa perjalanan ke Pulau Komodo; bagaimana ombak di lautnya; apakah aman mengunjungi binatang komodo yang sangat ganas itu; seperti apa kapalnya; dan berbagai pertanyaan lainnya yang, pada intinya, menunjukkan kurangnya informasi yang kita miliki terhadap Kepulauan Komodo.
Labuan Bajo: Kota Kecil yang Siap Menerima Anda
Cara paling mudah menuju Kepulauan Komodo adalah melalui kota pelabuhan Labuan Bajo. Posisi peran Labuan Bajo ini persis seperti Marina Ancol dengan Kepulauan Seribu di Jakarta. Sementara, cara paling mudah menuju Labuan Bajo adalah dengan pesawat terbang dari Denpasar.
Setiap hari ada 2 kali penerbangan Denpasar - Labuan Bajo pp dengan Transnusa/Aviastar (www.transnusa.co.id) dengan jenis pesawat berbeda. Lama perjalanan kurang lebih hanya 50 menit. Dekat bukan? Namun, karena pada saat kami ke sana hanya ada satu airline ini yang beroperasi, harga tiket pesawatnya memang relatif mahal. Jarak Denpasar - Labuan Bajo yang hanya 50 menit, harga tiketnya berkisar antara 600 - 800 ribu rupiah satu arah. Ketika terakhir berada di sana bulan Agustus 2010, saya membaca di bandara bahwa Batavia Air juga akan segera beroperasi dengan rute yang sama. Semoga, dengan adanya itu, harga tiket akan turun karena terjadinya persaingan.
Penerbangan Denpasar - Labuan Bajo dan sebaliknya, bila cuaca sangat cerah, adalah penerbangan yang sangat menyenangkan. Karena kita akan mendapat pemandangan yang spektakuler sepanjang perjalanan. Terutama ketika memasuki wilayah perairan Kepulauan Komodo. Bila anda peminat fotografi, siapkan lensa tele dan pesanlah tempat duduk di pinggir jendela sebelah kanan (saat kembali menuju Denpasar, jendela sebelah kiri). Niscaya anda akan memperoleh kesenangan mengabadikan panorama kepulauan Komodo yang cantik.
Bandara Komodo di kota Pelabuhan Labuan Bajo sendiri adalah sebuah bandara yang sangat sederhana. Kategorinya hanya sebuah bandara perintis. Tentu saja, tidak ada penerbangan malam hari menuju Labuan Bajo. Selain tujuan ke Denpasar, bandara ini hanya melayani rute Kupang dan Mataram dengan airline yang sama. Untuk tujuan dari dan ke Kupang, hanya ada 3 kali penerbangan dalam seminggu.
Bila mau lebih terorganisir dengan rapi, walaupun menjadi lebih mahal, anda bisa mengatur seluruh trip perjalanan ke Komodo melalui biro perjalanan di Bali. Sudah cukup banyak yang melayani. Mereka bisa mengatur semuanya dalam 1 paket, mencakup: pesawat Denpasar - Labuan Bajo - Denpasar, hotel, guide dan transportasi penjemputan dan keliling, sewa kapal dan peralatan snorkeling termasuk mengunjungi Komodo, dan makan siang dan malam. Untuk paket yang cukup nyaman, dengan pilihan menginap di Hotel Bintang Flores (www.bintangfloreshotel.com) atau Jayakarta Hotel (www.jayakartahotelsresorts.com/hotels-and-resorts/suites-komodo-flores), seluruhnya terkena biaya sekitar Rp 4,8 juta per orang. Tentunya berlaku jumlah minimal. Semakin sedikit orang akan semakin mahal.
Bila Ingin Nyaman: Pilih Hotel Bintang Flores atau Jayakarta
Hotel Bintang Flores yang kami tempati adalah sebuah hotel yang sangat nyaman. Sebuah hotel bintang empat milik kelompok hotel Ramada yang berbasis di Bali. Jaraknya dari bandara hanya 10 menit. Berada di hotel ini dan menikmati fasilitas di dalamnya, anda tidak akan merasa ada bedanya ketika sedang berada di sebuah resort yang modern di Bali. Posisinya menghadap laut, sehingga anda bisa menikmati panorama matahari terbenam yang indah setiap sore dari pinggir kolam renang atau pantai. Bila ingin yang lebih 'mojok' lagi, anda bisa memilih Jayakarta Hotel yang jaraknya kurang lebih 4 kilometer dari Hotel Bintang Flores. Juga berada di tepi pantai menghadap ke gugusan kepulauan Komodo. Bagi para backpacker, pilihan hotel-hotel sederhana justru berjejer di dekat dive shops dan pelabuhan. Nampaknya memang disiapkan untuk melayani para penyelam manca negara yang hanya butuh tempat 'numpang' tidur saja.
Gua Batu Cermin yang Eksotis
Hari pertama, kami mengunjungi tempat wisata darat yang jadi andalan kota Labuan Bajo, yakni Gua Batu Cermin. Gua yang ditemukan oleh orang Belanda ini dinamakan demikian karena di salah satu sudut di gua tersebut ada cahaya matahari yang menembus bebatuan yang berair sehingga menciptakan refleksi seperti cermin. Rute-rute di dalam gua ini cukup dalam dan menarik dengan berbagai mitos bentuk-bentuk wujud yang ada pada bebatuannya. Kurang lebih, membutuhkan waktu 1 sampai 1,5 jam untuk berkeliling di dalam gua ini. Jangan khawatir, pemandu wisata anda akan menyediakan senter dan memandu kita melakukan perjalanan menembus gua, yang di beberapa bagiannya memang benar-benar gelap total. Bersiaplah menemui berbagai jenis serangga atau binatang yang cukup unik di dalam gua tersebut.
Selesai dari gua Batu Cermin yang jaraknya hanya sekitar 15 menit dari Labuan Bajo, kami langsung menuju pelabuhan. Mendekati pelabuhan, karena kontur kota yang sedikit berbukit, kita akan menikmati pemandangan yang menarik dari atas ke arah pelabuhan. Tempat yang asik untuk berhenti sebentar dan mengambil foto-foto dengan latar pelabuhan, laut dan gugusan pulau. Selanjutnya, tujuan utama hari ini adalah snorkeling di Pulau Bidadari atau Angel Island. Benar, nama pulaunya sama dengan yang di Kepulauan Seribu, Jakarta. Tapi tentu dengan pemandangan dan alam bawah laut yang berbeda.
Dengan sebuah kapal sewaan yang cukup besar tapi kecepatan yang lambat, jarak dari pelabuhan Labuan Bajo ke Pulau Bidadari ternyata tidak sampai 30 menit. Karena itu, Angel Island Resort (angelisleflores.com) sebuah resort di pulau ini yang dikelola oleh orang Inggris merupakan salah satu pilihan yang menarik. Di pulau ini kami beramai-ramai menikmati snorkeling yang tidak kalah indahnya dengan snorkeling di Bali, Lombok atau Bunaken. Padahal kami cuma snorkeling di sisi lain dari pulau ini yang diijinkan untuk publik. Saya yakin, pantai tepat di depan resort yang hanya boleh untuk tamu mereka akan memperlihatkan panorama bawah laut yang lebih keren buat para snorkeller. Jadi, pulau ini bisa menjadi salah satu alternatif menarik untuk menginap apabila anda berkunjung ke Komodo dan semata betul ingin menikmati keindahan laut.
Lebih Dekat Melihat Komodo di Pulau Rinca
Hari kedua, adalah hari di mana kami punya waktu penuh seharian. Inilah tujuan utama perjalanan wisata kami: melihat sang komodo. Kami mengubah sedikit rencana di hari ini. Semula, kami berencana menuju Pulau Komodo dan Pink Beach yang berlokasi di dekatnya. Hanya perjalanan menuju Pulau Komodo dengan jenis kapal yang kami sewa, akan memakan waktu 4 jam. Itu berarti, pulang-pergi 8 jam. Apalagi, Pulau Komodo adalah kepulauan terluas di gugusan kepulauan Komodo. Menurut pemandu, dengan jumlah populasi komodo yang tidak berbeda jauh dengan Pulau Rinca yang lebih kecil (2.000 ekor lebih). Sementara jarak ke pulau Rinca bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 2 jam dari Labuan Bajo. Sementara, sebagian peserta masih ingin menikmati snorkeling. Akhirnya, menikmati dan mengabadikan Pink Beach yang dikorbankan.
Perjalanan menuju Pulau Rinca diwarnai dengan cuaca yang sangat cerah dan laut yang sangat tenang hingga sore hari. Begitu tenangnya, kapal nyaris seperti berlayar di atas permukaan agar-agar. Sepanjang perjalanan kita menikmati profil khas pulau-pulau di kepulauan Komodo yang kering dan kecoklatan, namun indah dipandang. Ketika tiba di pulau Rinca, kita harus berjalan kaki sejauh 500 meter untuk mencapai bangunan tempat pengelola Taman Nasional Komodo, markasnya para rangers pemandu wisata komodo. Di pulau Rinca, ada 2 pilihan waktu trekking untuk melihat komodo. 1 jam dan 2 jam. Selama trekking, anda juga bisa berjumpa dengan satwa lainnya, antara lain kerbau hutan yang sangat besar. Berhadapan dengan salah satu satwa paling purba di muka bumi ini, memang terasa aura keganasannya. Hal itu makin menjadi justru karena gerak-geriknya yang sangat tenang. Tapi tidak ada ruginya untuk bisa melihatnya langsung dalam jarak dekat selama kita ikuti panduan dari para ranger yang faham betul perilaku satwa purba ini.
Seperti niat semula, dari Rinca, dalam perjalanan pulang kami pun mampir di pulau Sebayur untuk snorkeling lagi. Berhubung sebagian besar peserta bukanlah orang yang sudah terbiasa nyemplung di laut, kami pun hanya snorkeling persis di tepi pantai dan di sekitar jetty tempat kapal berlabuh. Di jetty, bagian terdalam di mana kapal merapat, untuk pertama kalinya di saat snorkeling, saya menemukan school of fish (kelompok ikan) berjumlah ribuan sedang 'parkir' di kedalaman jetty. Saking banyaknya, bahkan saya sempat menyangkanya mereka adalah dasar laut, karena gelap sekali. Luar biasa.
Talenta yang Tersembunyi di Bidadari Bar
Catatan terakhir dari wisata ini adalah Bidadari Bar. Restoran dan tempat minum berlokasi di tepi laut yang pada malam hari menyajikan pemandangan pelabuhan Labuan Bajo yang cantik. Memang tidak ada yang istimewa dari kuliner di Labuan Bajo. Bahkan, untuk sebuah kota pelabuhan agak aneh bila sulit ditemukan hidangan laut seperti kepiting dan lobster yang menjadi favorit banyak wisatawan. Namun, selama 2 hari berturut kami makan di Paradise Bar sudah sangat dipuaskan oleh 2 menu: ikan tuna besar yang dibakar dan live music yang menampilkan pemuda-pemuda lokal bernyanyi akustik dengan sangat bagus. Bahkan dengan kualitas suara di atas idol-idol di televisi. Mereka bahkan tidak punya nama untuk grup mereka, ketika ditanyakan. Mereka biasanya hanya tampil setiap hari Sabtu malam. Bila anda berada di Labuan Bajo pada Sabtu malam, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati hiburan mereka.
Oleh-oleh apa yang pantas dibawa dari Labuan Bajo? Saya tidak terlalu mengamati. Tapi tentu Flores terkenal dengan kain tenun tradisionalnya. Hanya saya tidak melihat mudah ditemukan selama berada di Labuan Bajo. Ketika pulang, kami memesan kopi lokal tanpa merek melalui pemandu wisata. Ternyata, rasanya benar-benar enak. Ini tentu sekaligus menegaskan bahwa Indonesia adalah salah satu surganya kopi di dunia.
Kepulauan Komodo, memang sudah sangat lama terkenal sebagai salah satu tempat yang istimewa di Indonesia. Wilayah ini menyimpan banyak jejak sejarah bumi yang purba. Itu sebabnya sekarang tempat ini sedang dikampanyekan untuk, tetap terpilih sebagai salah satu Keajaiban Dunia. Namun, era wisata yang lebih nyaman, memang baru bisa dilakukan baru-baru ini. Semuanya relatif sudah mudah dan nyaman di sana. Satu-satunya kendala dalam perencanaan wisata ke sini, mungkin harga tiket pesawat Denpasar - Labuan Bajo yang masih di atas rata-rata penerbangan murah yang sekarang bertaburan. Bila anda bandingkan dengan harga tiket penerbangan perintis di wilayah Indonesia Timur, harga di kisaran Rp 600 ribu sampai 800 ribu sekali jalan, memang umum. Tapi anda tak akan menyesal. Ayo, VISIT Komodo.